Minggu, 30 Agustus 2020

Ringkasan Cerita Mahabarata

Mantan KA UPTD
Mahabarata adalah sebuah karya sastra kuno yang konon ditulis oleh Bhagawan Byasa atau Wyasa dari India. Buku ini terdiri dari delapan belas kitab, maka dinamakan Astadasaparwa. Namun, ada pula yang meyakini bahwa kisah ini sesungguhnya merupakan kumpulan dari banyak cerita yang semula terpencar-pencar, yang dikumpulkan semenjak abad ke-4 sebelum Masehi. Secara singkat, Mahabharata menceritakan kisah konflik para Pandawa lima dengan saudara sepupu mereka, seratus orang Korawa, mengenai sengketa hak pemerintahan kerajaan Kuru, dengan pusat pemerintahan di Hastinapura. Puncaknya adalah perang Bharatayuddha di Kurukshetra dan pertempuran tersebut berlangsung selama delapan belas hari.



Ringkasan Cerita Mahabarata

Kisah Mahabharata diawali dengan  pertemuan Raja Duswanta dengan Sakuntala. Raja Duswanta adalah seorang  raja besar dari Chandrawangsa keturunan Yayati, menikahi Sakuntala dari  pertapaan Bagawan Kanwa, kemudian menurunkan Sang Bharata. Sang Bharata menurunkan Sang Hasti, yang kemudian mendirikan sebuah  pusat pemerintahan bernama Hastinapura. Sang Hasti menurunkan Para Raja  Hastinapura. Dari keluarga tersebut, lahirlah Sang Kuru, yang menguasai  dan menyucikan sebuah daerah luas yang disebut Kurukshetra. Sang Kuru menurunkan Dinasti Kuru  atau Wangsa Kaurawa. Dalam Dinasti tersebut, lahirlah Pratipa, yang  menjadi ayah Prabu Santanu, leluhur Pandawa dan Kurawa

Prabu Santanu adalah seorang raja mahsyur dari garis keturunan Sang  Kuru, berasal dari Hastinapura. Ia menikah dengan Dewi Gangga yang  dikutuk agar turun ke dunia, namun Dewi Gangga meninggalkannya karena  Sang Prabu melanggar janji pernikahan. Hubungan Sang Prabu dengan Dewi  Gangga sempat membuahkan 7 anak, akan tetapi semua ditenggelamkan ke laut Gangga oleh Dewi Gangga dengan alasan semua sudah terkena kutukan. Akan tetapi kemudian anak ke 8 bisa diselamatkan oleh Prabu Santanu yang diberi nama Dewabrata. Kemudian Dewi Ganggapun pergi meninggalkan Prabu Santanu. Nama Dewabrata diganti menjadi Bisma karena ia melakukan bhishan pratigya yaitu sumpah untuk membujang selamanya dan tidak akan mewarisi tahta  ayahnya. Hal itu dikarenakan Bisma tidak ingin dia dan keturunannya  berselisih dengan keturunan Satyawati, ibu tirinya.

Setelah ditinggal Dewi Gangga, akhirnya Prabu Santanu menjadi duda.  Beberapa tahun kemudian, Prabu Santanu melanjutkan kehidupan berumah  tangga dengan menikahi Dewi Satyawati, puteri nelayan. Dari hubungannya,  Sang Prabu berputera Sang Citranggada dan Wicitrawirya.  Demi kebahagiaan adik-adiknya, Bisma pergi ke Kerajaan Kasi dan memenangkan sayembara sehingga berhasil membawa pulang tiga orang puteri bernama Amba, Ambika, dan Ambalika, untuk dinikahkan kepada adik-adiknya. Karena Citranggada wafat, maka Ambika dan Ambalika menikah dengan Wicitrawirya, sedangkan Amba mencintai Bisma namun Bisma menolak cintanya karena  terikat oleh sumpah bahwa ia tidak akan kawin seumur hidup. Demi usaha  untuk menjauhkan Amba dari dirinya, tanpa sengaja ia menembakkan panah  menembus dada Amba. Atas kematian itu, Bisma diberitahu bahwa kelak Amba  bereinkarnasi menjadi seorang pangeran yang memiliki sifat kewanitaan, yaitu putera Raja Drupada yang bernama Srikandi. (Kalau versi Jawa, Srikandi adalah seorang wanita sejati) Kelak kematiannya juga berada di tangan Srikandi yang membantu Arjuna dalam pertempuran akbar di Kurukshetra.

Citranggada  wafat di usia muda dalam suatu pertempuran, kemudian ia digantikan oleh  adiknya yaitu Wicitrawirya. Wicitrawirya juga wafat di usia muda dan  belum sempat memiliki keturunan. 

Satyawati mengirim kedua istri Wicitrawirya, yaitu Ambika dan Ambalika untuk menemui Resi Byasa, sebab Sang Resi dipanggil untuk mengadakan suatu upacara bagi mereka agar memperoleh keturunan.

Satyawati menyuruh Ambika agar menemui Resi Byasa di ruang upacara. Setelah Ambika memasuki ruangan upacara, ia melihat  wajah Sang Resi sangat dahsyat dengan mata yang menyala-nyala. Hal itu  membuatnya menutup mata. Karena Ambika menutup mata selama upacara  berlangsung, maka anaknya terlahir buta. Anak tersebut adalah  Drestarastra. Kemudian Ambalika disuruh oleh Satyawati untuk mengunjungi Byasa ke dalam sebuah kamar sendirian, dan di sana ia  akan diberi anugerah. Ia juga disuruh agar terus membuka matanya supaya  jangan melahirkan putra yang buta Drestarastra seperti yang telah dilakukan Ambika Maka dari itu, Ambalika terus membuka matanya namun ia menjadi pucat setelah melihat rupa Sang Bagawan Byasa yang luar biasa. Maka dari itu, Pandu (putranya), ayah para Pandawa, terlahir pucat. Drestarastra dan Pandu mempunyai saudara tiri yang bernama Widura. Widura merupakan anak dari Resi Byasa dengan seorang dayang Satyawati yang bernama Datri. Pada saat upacara dilangsungkan dia lari keluar kamar dan akhirnya terjatuh sehingga Widura pun lahir dengan kondisi pincang kakinya.

Dikarenakan Drestarastra terlahir buta maka tahta Hastinapura diberikan kepada Pandu. Pandu menikahi Dewi Kunti,kemudian Pandu menikah untuk yang kedua kalinya dengan Dewi Madrim,  namun akibat kesalahan Pandu pada saat memanah seekor kijang yang  sedang kasmaran, maka kijang tersebut mengeluarkan kutukan  bahwa Pandu tidak akan merasakan lagi hubungan suami istri, dan bila  dilakukannya, maka Pandu akan mengalami ajal. Kijang tersebut kemudian  mati dengan berubah menjadi wujud aslinya yaitu seorang pendeta. Kemudian karena mengalami kejadian buruk seperti itu, Pandu lalu  mengajak kedua istrinya untuk bermohon kepada Hyang Maha Kuasa agar  dapat diberikan anak.

Atas bantuan mantra yang pernah diberikan oleh Resi Druwasa maka Dewi Kunti bisa memanggil para dewa untuk kemudian mendapatkan putra. Pertama kali mencoba mantra tersebut datanglah Batara Surya, tak lama kemudian Kunti mengandung dan melahirkan seorang anak yang kemudian diberi nama Karna. Tetapi Karna kemudian dilarung kelaut dan dirawat oleh Kurawa, sehingga nanti pada saat perang Bharatayudha, Karna memihak kepada Kurawa. 

Kemudian atas permintaan Pandu, Kunti mencoba mantra itu lagi, Batara Guru mengirimkan Batara Dharma untuk  membuahi Dewi Kunti sehingga lahir anak yang pertama yaitu Yudistira, setahun kemudian Batara Bayu dikirim juga untuk membuahi  Dewi Kunti sehingga lahirlah Bima, Batara Guru juga mengutus Batara Indra untuk membuahi Dewi Kunti  sehingga lahirlah Arjuna dan yang terakhir Batara Aswan dan Aswin  dikirimkan untuk membuahi Dewi Madrim, dan lahirlah Nakula dan Sadewa. Kelima putera Pandu tersebut dikenal sebagai Pandawa.

Dretarastra yang buta menikahi Dewi Gendari, dan memiliki sembilan puluh sembilan orang putera dan seorang puteri yang dikenal dengan istilah Kurawa.

Pandawa dan Kurawa merupakan dua kelompok dengan sifat yang berbeda namun berasal dari leluhur yang sama, yakni Kuru dan Bharata. Kurawa (khususnya Duryudana)  bersifat licik dan selalu iri hati dengan kelebihan Pandawa, sedangkan  Pandawa bersifat tenang dan selalu bersabar ketika ditindas oleh sepupu  mereka. Ayah para Kurawa, yaitu Drestarastra, sangat menyayangi putera-puteranya. Hal itu membuat ia sering dihasut oleh iparnya yaitu Sengkuni, beserta putera kesayangannya yaitu Duryudana, agar mau mengizinkannya melakukan rencana jahat menyingkirkan para Pandawa

Pada suatu ketika, Duryudana mengundang Kunti dan para Pandawa   untuk liburan. Di sana mereka menginap di sebuah rumah yang sudah  disediakan oleh Duryudana. Pada malam hari, rumah itu dibakar. Namun  para Pandawa bisa diselamatkan oleh  Bima yang telah diberitahu oleh Widura akan kelicikan Kurawa sehingga mereka tidak terbakar hidup-hidup dalam rumah tersebut. Usai  menyelamatkan diri, Pandawa dan Kunti masuk hutan. (diceritakan dalam lakon Bale Sigala-gala)

Di hutan tersebut  Bima bertemu dengan raksasa bernama Arimba yang ingin membalas dendam kematian Ayahnya yaitu Arimbaka (dalam pedalangan Jawa disebut Trembaka), Bima unggul dan membunuhnya, lalu menikahi adiknya, yaitu raseksi Hidimbi atau Arimbi yang jatuh hati pada Bima. Dari pernikahan tersebut, lahirlah Gatotkaca.


Setelah melewati hutan rimba, Pandawa melewati Kerajaan Pancala. Di sana tersiar kabar bahwa Raja Drupada menyelenggarakan sayembara memperebutkan Dewi Drupadi. Adipati Karna mengikuti sayembara tersebut, tetapi ditolak oleh Drupadi. Pandawa pun  turut serta menghadiri sayembara itu, namun mereka berpakaian seperti  kaum brahmana.

Pandawa ikut sayembara untuk memenangkan lima macam sayembara, Yudistira untuk memenangkan sayembara filsafat dan tatanegara, Arjuna memenangkan sayembara senjata Panah, Bima memenangkan sayembara Gada dan Nakula Sadewa memenangkan sayembara senjata Pedang. Pandawa berhasil melakukannya dengan baik untuk memenangkan sayembara.

Drupadi harus menerima Pandawa sebagai suami-suaminya karena sesuai  janjinya siapa yang dapat memenangkan sayembara yang dibuatnya itu akan  jadi suaminya walau menyimpang dari keinginannya yaitu sebenarnya yang  diinginkan hanya seorang Satriya


Setelah itu perkelahian terjadi karena para hadirin menggerutu sebab  kaum brahmana tidak selayaknya mengikuti sayembara. Pandawa berkelahi  kemudian meloloskan diri. sesampainya di rumah, mereka berkata kepada  ibunya bahwa mereka datang membawa hasil meminta-minta. Ibu mereka pun  menyuruh agar hasil tersebut dibagi rata untuk seluruh saudaranya.  Namun, betapa terkejutnya ia saat melihat bahwa anak-anaknya tidak hanya  membawa hasil meminta-minta, namun juga seorang wanita. (Dalam Pedalangan Jawa Drupadi hanya menjadi istri Yudistira / Puntadewa seorang).


Agar tidak terjadi pertempuran sengit, Kerajaan Kuru dibagi dua untuk dibagi kepada Pandawa dan Kurawa. Kurawa memerintah Kerajaan Kuru induk (pusat) dengan ibukota Hastinapura, sementara Pandawa memerintah Kerajaan Kurujanggala dengan ibukota Indraprastha. Baik Hastinapura maupun Indraprastha memiliki istana megah, dan di sanalah Duryudana tercebur ke dalam kolam yang ia kira sebagai lantai, sehingga dirinya menjadi bahan ejekan bagi Drupadi. Hal tersebut membuatnya bertambah marah kepada para Pandawa


Untuk merebut kekayaan dan kerajaan Yudistira, Duryudana mengundang Yudistira untuk main dadu, ini atas ide dari Arya Sengkuni. Pada saat permainan dadu, Duryudana diwakili oleh Sengkuni sebagai bandar dadu yang memiliki kesaktian untuk berbuat curang.  Permulaan permainan taruhan senjata perang, taruhan pemainan terus  meningkat menjadi taruhan harta kerajaan, selanjutnya prajurit  dipertaruhkan, dan sampai pada puncak permainan Kerajaan menjadi  taruhan, Pandawa kalah habislah semua harta dan kerajaan Pandawa  termasuk saudara juga dipertaruhkan dan yang terakhir istrinya Drupadi  dijadikan taruhan. Akhirnya Yudistira kalah dan Drupadi diminta untuk hadir di arena judi  karena sudah menjadi milik Duryudana. Duryudana mengutus para  pengawalnya untuk menjemput Drupadi, namun Drupadi menolak. Setelah  gagal, Duryudana menyuruh Dursasana adiknya, untuk menjemput Drupadi. Drupadi yang menolak untuk datang,  diseret oleh Dursasana yang tidak memiliki rasa kemanusiaan. Rambutnya  ditarik sampai ke arena judi, tempat suami dan para iparnya berkumpul.  Karena sudah kalah, Yudistira dan seluruh adiknya diminta untuk  menanggalkan bajunya, namun Drupadi menolak. Dursasana yang berwatak  kasar, menarik kain yang dipakai Drupadi, namun kain tersebut  terulur-ulur terus dan tak habis-habis karena mendapat kekuatan gaib  dari Sri Kresna yang melihat Dropadi dalam bahaya. Pertolongan Sri Kresna disebabkan  karena perbuatan Dropadi yang membalut luka Sri Kresna pada saat upacara  Rajasuya di Indraprastha.


Drupadi yang merasa malu dan tersinggung oleh sikap Dursasana bersumpah tidak akan menggelung rambutnya sebelum dikramasi dengan darah Dursasana. Bima pun bersumpah akan membunuh Dursasana dan meminum darahnya kelak. Setelah mengucapkan sumpah tersebut, Drestarastra merasa bahwa malapetaka akan menimpa keturunannya, maka ia mengembalikan segala harta Yudistira yang dijadikan taruhan.


Duryudana yang merasa kecewa karena Drestarastra telah mengembalikan semua harta yang sebenarnya akan menjadi miliknya,  menyelenggarakan permainan dadu untuk yang kedua kalinya. Kali ini,  siapa yang kalah harus mengasingkan diri ke hutan selama 12 tahun,  setelah itu hidup dalam masa penyamaran selama setahun, dan setelah itu  berhak kembali lagi ke kerajaannya. Untuk yang kedua kalinya, Yudistira mengikuti permainan tersebut dan sekali lagi ia kalah. Karena kekalahan tersebut, Pandawa terpaksa meninggalkan kerajaan mereka selama 12 tahun dan hidup dalam masa penyamaran selama setahun.


Setelah masa pengasingan habis dan sesuai dengan perjanjian yang sah, Pandawa berhak untuk mengambil alih kembali kerajaan yang dipimpin Duryudana. Namun Duryudana bersifat jahat. Ia tidak mau menyerahkan kerajaan kepada Pandawa, walau seluas ujung jarum pun. Hal itu membuat kesabaran Pandawa habis. Misi damai dilakukan oleh Sri Kresna, namun berkali-kali gagal. Akhirnya, pertempuran tidak dapat dielakkan lagi

Pandawa berusaha mencari sekutu dan ia mendapat bantuan pasukan dari Kerajaan Kekaya, Kerajaan Matsya, Kerajaan Pandya, Kerajaan Chola, Kerajaan Kerala, Kerajaan Magadha, Wangsa Yadawa, Kerajaan Dwaraka, dan masih banyak lagi. Selain itu para ksatria besar di Bharatawarsha seperti misalnya Drupada, Setyaki, Drestadjumna, Srikandi, dan lain-lain ikut memihak Pandawa.

Sementara itu Duryudana meminta Bisma untuk memimpin pasukan Kurawa sekaligus mengangkatnya sebagai panglima tertinggi pasukan Kurawa. Kurawa dibantu oleh Resi Dorna dan putranya Aswatama, kakak ipar para Kurawa yaitu Jayadrata, serta guru Krepa, Kertawarma, Salya, Sudaksina, Burisrawa, Bahlika, Sengkuni, Karna, dan masih banyak lagi.

Pertempuran berlangsung selama 18 hari penuh. Dalam pertempuran itu, banyak ksatria yang gugur, seperti misalnya Abimanyu, Durna, Karna, Bisma, Gatotkaca, Irawan, Prabu Matswapati dan puteranya  (Raden Seta, Raden Utara, Raden Wratsangka),  Bhogadatta, Sengkuni,  dan masih banyak lagi. 

Selama 18 hari tersebut dipenuhi oleh  pertumpahan darah dan pembantaian yang mengenaskan. Pada akhir hari  kedelapan belas, hanya sepuluh ksatria yang bertahan hidup dari  pertempuran, mereka adalah: Lima Pandawa,Yuyutsu, Setyaki, Aswatama, Krepa dan Kartamarma

Setelah perang berakhir, Yudistira dinobatkan sebagai Raja Hastinapura bergelar Prabu Kalimataya Setelah memerintah selama beberapa lama, ia menyerahkan tahta kepada cucu Arjuna, yaitu Parikesit. Kemudian, Yudistira bersama Pandawa dan Drupadi  mendaki gunung Himalaya sebagai tujuan akhir perjalanan mereka. Di sana mereka meninggal dan mencapai surga. (Diceritakan dalam kisah Pandawa Seda)

Parikesit memerintah Kerajaan Kuru dengan adil dan bijaksana. Ia menikahi Madrawati dan memiliki putera bernama Janamejaya. Janamejaya menikahi Wapushtama (Bhamustiman) dan memiliki putera  bernama Satanika. Satanika berputera Aswamedhadatta. Aswamedhadatta dan  keturunannya kemudian memimpin Kerajaan Wangsa Kuru di Hastinapura. 

Berikut beberapa lakon pewayangan Jawa Mahabharata :
  1. Gandamana Luweng 
  2. Babad Alas Wanamarta 
  3. Kelahiran Antareja 
  4. Gatotkaca Lahir
  5. Arjuna Wiwaha 
  6. Abimanyu Lahir 
  7. Wisanggeni Lahir
  8. Sitija Takon Bapa 
  9. Rebut Kikis Tunggarana 
  10. Samba Juwing
  11. Semar Gugat
  12. Petruk Dadi Ratu 
  13. Nakula Sadewa Lahir 
  14. Pandu Swargo 
  15. Semar Kuning
  16. Semar Mantu
  17. Gandamana Luweng 
  18. Kangsa Adu Jago 
  19. Irawan Maling
  20. Gatotkaca Winisuda (Brajadenta Mbalela)