Ingatkah kamu akan perjuangan Bung Tomo yang bekerja sama dengan semua pemuda Surabaya dalam peristiwa heroik 10 November 1945? Bagaimana di daerah lainnya? Adakah kerja sama untuk mempertahankan kemerdekaan?
Sekarang Baca dan bandingkan dua teks berikut dengan teliti!
Teks 1
“Terima kasih nak, waah..makan apa hari ini?”
“Nasi, tempe goreng, dan tumis kacang. Bapak harus segera makan, supaya cukup memiliki tenaga untuk membawa Pak Sudirman bergerilya”.
“Terima kasih nak, Bapak makan dulu, ya”
Itulah sekelumit percakapan antara Udin dan Pak Hasan yang terjadi di sela-sela pertempuran antara pasukan Jenderal Sudirman melawan Belanda. Pak Hasan adalah prajurit Pembela Tanah Air atau PETA yang bertugas mengusung tandu yang digunakan Jenderal Sudirman saat bergerilya keluar masuk hutan dan daerah perbukitan. Udin adalah seorang anak berumur sepuluh tahun yang tidak lagi
bersekolah karena gedung sekolah rakyat di desanya di daerah Ambarawa telah hancur terkena serangan mesiu pasukan Belanda. Ia akhirnya membantu para sukarelawan di dapur umum, mengaduk nasi, membantu membungkus, dan membagikannya pada para pejuang gerilya.
“Pasukan ... siaap ... Keadaan genting! Pasukan Belanda terus mendekat.”
“Cepat...kita harus terus bergerak masuk hutan!”
Pak Hasan segera meletakkan nasi bungkus yang baru setengah ia nikmati. Ia dengan sigap menyiapkan tandu yang segera akan ia usung membawa Jenderal Sudirman berjuang mempertahankan kemerdekaan.
Udin hanya bisa terkesima, ia bergegas merapikan sisa-sisa nasi dan kembali ke dapur umum untuk melanjutkan tugasnya.
Oleh: Nuniek Puspitawati
Teks 2
Sudirman lahir di Bondas, Karangjati, Purbalingga, pada tanggal 24 Januari 1916. Pendidikan formal ditempuhnya di Taman Siswa dan HIK Muhammadiyah, Solo. Ia juga aktif dalam organisasi Pramuka Hizbul Wathan. Kepanduan, disiplin, serta jiwa kepemimpinan yang dikembangkannya selama ikut dalam organisasi ini menjadi bekal berharga bagi perjalanan perjuangannya.
Karir militer Sudirman diawali di Pendidikan Tentara Pembela Tanah Air (PETA). Selesai pendidikan, ia diangkat menjadi komandan batalion di Kroya. Setelah kemerdekaan, ia berhasil memimpin pasukannya untuk merebut senjata pasukan Jepang di Banyumas. Ketika dibentuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR), Sudirman diangkat menjadi Panglima Divisi V/Banyumas. Kemudian, melalui Konferensi TKR tanggal 2 November 1945 ia terpilih menjadi Panglima Besar TKR. Ia menjadi jenderal di usianya yang cukup muda, 31 tahun. Tidak seperti prajurit lainnya yang memperoleh kenaikan pangkat melalui akademi militer, Sudirman mendapat anugerah pangkat jenderal dari Presiden Soekarno karena prestasi perjuangannya.
Perjuangan Sudirman terus berlanjut hingga peristiwa Agresi Militer Belanda yang kedua. Saat itu, Sudirman sedang dalam kondisi sakit parah. Paru-parunya hanya satu yang berfungsi. Walaupun Presiden Soekarno memerintahkannya untuk beristirahat dan menjalani pengobatan, Sudirman berkeras hati untuk ikut dalam pertempuran. Ia merasa bertanggung jawab untuk memimpin pasukannya melawan musuh.
Tujuh bulan lamanya, Sudirman memimpin pasukannya bergerilya dengan ditandu. Ia berpindah-pindah antara hutan dan pegunungan dalam keadaan fisik yang lemah. Ketika kondisinya tidak lagi memungkinkan, ia tetap memimpin pasukannya dengan menyumbangkan pemikirannya dari jauh. Sekitar dua tahun setelah Belanda melancarkan agresi militer, pada tanggal 29 Januari 1950, Sudirman meninggal dunia pada usia 34 tahun.
Itulah Kepemimpinan Jenderal Sudirman, Panglima Besar Tentara Nasional Indonesia.
Jawab pertanyaan berikut!
1. Bagaimana kondisi kehidupan di masa Perang Gerilya di saat itu?
Jawaban:
Kondisi kehidupan di Masa Perang Gerilya di Masa Jenderal Sudirman sangat sulit karena rakyat Indonesia masih dijajah. Rakyat hidup miskin, anak-anak tidak sekolah, dan pemuda-pemuda Indonesia berperang melawan penjajah.
2. Adakah nilai-nilai persatuan dan kerja sama di masa itu? Apakah tujuan yang akan dicapai? Jelaskan dengan singkat!
Jawaban:
Ya, nilai-nilai persatuan dan kerja sama di masa itu sangat tinggi karena rakyat Indonesia merasa senasib dengan kehidupan yang miskin. Tujuan kerja sama saat itu adalah mencapai Indonesia merdeka.
3. Apa perbedaan kedua jenis teks tersebut? Manakah yang merupakan fiksi dan nonfiksi?
Jawaban:
•• Teks 1: teks fiksi sejarah,
•• Teks 2: teks sejarah (biografi Jenderal Soedirman)
4. Apa yang kamu ketahui tentang teks fiksi sejarah? Jelaskan dengan singkat!
Jawaban:
Teks fiksi sejarah yaitu jenis teks dengan latar sejarah yang benar-benar terjadi, tetapi tokoh-tokoh utama di dalam cerita merupakan fiksi.
Ayo Menulis!
Buatlah sebuah teks fiksi sejarah sederhana! Perhatikan kriteria berikut:
Sekarang Baca dan bandingkan dua teks berikut dengan teliti!
Teks 1
Kerja Sama Mempertahankan Kemerdekaan
“Makan siang telah siap ... Ayo Pak makan dulu. Ini nasi bungkusnya”.“Terima kasih nak, waah..makan apa hari ini?”
“Nasi, tempe goreng, dan tumis kacang. Bapak harus segera makan, supaya cukup memiliki tenaga untuk membawa Pak Sudirman bergerilya”.
“Terima kasih nak, Bapak makan dulu, ya”
Itulah sekelumit percakapan antara Udin dan Pak Hasan yang terjadi di sela-sela pertempuran antara pasukan Jenderal Sudirman melawan Belanda. Pak Hasan adalah prajurit Pembela Tanah Air atau PETA yang bertugas mengusung tandu yang digunakan Jenderal Sudirman saat bergerilya keluar masuk hutan dan daerah perbukitan. Udin adalah seorang anak berumur sepuluh tahun yang tidak lagi
bersekolah karena gedung sekolah rakyat di desanya di daerah Ambarawa telah hancur terkena serangan mesiu pasukan Belanda. Ia akhirnya membantu para sukarelawan di dapur umum, mengaduk nasi, membantu membungkus, dan membagikannya pada para pejuang gerilya.
“Pasukan ... siaap ... Keadaan genting! Pasukan Belanda terus mendekat.”
“Cepat...kita harus terus bergerak masuk hutan!”
Pak Hasan segera meletakkan nasi bungkus yang baru setengah ia nikmati. Ia dengan sigap menyiapkan tandu yang segera akan ia usung membawa Jenderal Sudirman berjuang mempertahankan kemerdekaan.
Udin hanya bisa terkesima, ia bergegas merapikan sisa-sisa nasi dan kembali ke dapur umum untuk melanjutkan tugasnya.
Oleh: Nuniek Puspitawati
Teks 2
Jenderal Sudirman, Pemimpin Teladan Bangsa
Sudirman adalah seorang tokoh bangsa di masa revolusi yang patut dijadikan teladan. Walau dalam usia perjuangan yang singkat, kobaran semangatnya untuk membela negeri menjadi inspirasi hingga saat ini.Sudirman lahir di Bondas, Karangjati, Purbalingga, pada tanggal 24 Januari 1916. Pendidikan formal ditempuhnya di Taman Siswa dan HIK Muhammadiyah, Solo. Ia juga aktif dalam organisasi Pramuka Hizbul Wathan. Kepanduan, disiplin, serta jiwa kepemimpinan yang dikembangkannya selama ikut dalam organisasi ini menjadi bekal berharga bagi perjalanan perjuangannya.
Karir militer Sudirman diawali di Pendidikan Tentara Pembela Tanah Air (PETA). Selesai pendidikan, ia diangkat menjadi komandan batalion di Kroya. Setelah kemerdekaan, ia berhasil memimpin pasukannya untuk merebut senjata pasukan Jepang di Banyumas. Ketika dibentuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR), Sudirman diangkat menjadi Panglima Divisi V/Banyumas. Kemudian, melalui Konferensi TKR tanggal 2 November 1945 ia terpilih menjadi Panglima Besar TKR. Ia menjadi jenderal di usianya yang cukup muda, 31 tahun. Tidak seperti prajurit lainnya yang memperoleh kenaikan pangkat melalui akademi militer, Sudirman mendapat anugerah pangkat jenderal dari Presiden Soekarno karena prestasi perjuangannya.
Perjuangan Sudirman terus berlanjut hingga peristiwa Agresi Militer Belanda yang kedua. Saat itu, Sudirman sedang dalam kondisi sakit parah. Paru-parunya hanya satu yang berfungsi. Walaupun Presiden Soekarno memerintahkannya untuk beristirahat dan menjalani pengobatan, Sudirman berkeras hati untuk ikut dalam pertempuran. Ia merasa bertanggung jawab untuk memimpin pasukannya melawan musuh.
Tujuh bulan lamanya, Sudirman memimpin pasukannya bergerilya dengan ditandu. Ia berpindah-pindah antara hutan dan pegunungan dalam keadaan fisik yang lemah. Ketika kondisinya tidak lagi memungkinkan, ia tetap memimpin pasukannya dengan menyumbangkan pemikirannya dari jauh. Sekitar dua tahun setelah Belanda melancarkan agresi militer, pada tanggal 29 Januari 1950, Sudirman meninggal dunia pada usia 34 tahun.
Itulah Kepemimpinan Jenderal Sudirman, Panglima Besar Tentara Nasional Indonesia.
Jawab pertanyaan berikut!
1. Bagaimana kondisi kehidupan di masa Perang Gerilya di saat itu?
Jawaban:
Kondisi kehidupan di Masa Perang Gerilya di Masa Jenderal Sudirman sangat sulit karena rakyat Indonesia masih dijajah. Rakyat hidup miskin, anak-anak tidak sekolah, dan pemuda-pemuda Indonesia berperang melawan penjajah.
2. Adakah nilai-nilai persatuan dan kerja sama di masa itu? Apakah tujuan yang akan dicapai? Jelaskan dengan singkat!
Jawaban:
Ya, nilai-nilai persatuan dan kerja sama di masa itu sangat tinggi karena rakyat Indonesia merasa senasib dengan kehidupan yang miskin. Tujuan kerja sama saat itu adalah mencapai Indonesia merdeka.
3. Apa perbedaan kedua jenis teks tersebut? Manakah yang merupakan fiksi dan nonfiksi?
Jawaban:
•• Teks 1: teks fiksi sejarah,
•• Teks 2: teks sejarah (biografi Jenderal Soedirman)
4. Apa yang kamu ketahui tentang teks fiksi sejarah? Jelaskan dengan singkat!
Jawaban:
Teks fiksi sejarah yaitu jenis teks dengan latar sejarah yang benar-benar terjadi, tetapi tokoh-tokoh utama di dalam cerita merupakan fiksi.
Ayo Menulis!
Buatlah sebuah teks fiksi sejarah sederhana! Perhatikan kriteria berikut:
- Teks berisi tentang cinta tanah air, persatuan, dan kerja sama untuk mencapai satu tujuan. Masukkan informasi tentang pentingnya menjaga keutuhan wilayah Indonesia dari serangan/ancaman negara lain.
- Tokoh-tokoh dalam cerita adalah rekaan, namun fakta yang disajikan adalah tentang sejarah perjuangan Kemerdekaan Indonesia.
- Perhatikan penggunaan kosakata baku, huruf besar, dan tanda baca.
Pagi itu pukul 09.30 aku dan ketiga kawanku pergi keluar rumah. Kebetulan sekolah pada hari libur. Kami berjalan menyusuri jalan-jalan yang saat itu kelihatan sangat lengang. Kemana orang-orang yang biasa lalu lalang.? Tanyaku dalam hati. Kamipun terus berjalan. Sampai di sebuah rumah bercat putih yang terletak di Jalan Pegangsaan Timur dengan nomor rumah 56. Didepan rumah itu berdiri sebuah tiang bendera dari bambu.
Rasa penasaranku makin besar, kenapa banyak sekali orang berkumpul di halaman rumah tersebut. Terlihat barisan pemuda, petani, pedagang, nelayan, pegawai, tua, dan muda datang berbondong-bondong membawa bambu runcing, dan benda apa saja yang dapat mereka bawa.
Dari jauh aku mendengar mereka berteriak "Sekarang, Bung. Sekarang! Nyatakanlah sekarang! Nyatakanlah sekarang!. matahari sudah mulai meninggi dan panas". Ternyata mereka sudah tidak sabar menunggu dan merasa khawatir karena ketika itu tentara Jepang masih berkuasa dengan persenjataan amat lengkap. Mereka khawatir Balatentara Nippon akan menghalang-halangi proklamasi kemerdekaan. Itu menunjukkan tekad berani mati demi mempertahankan kemerdekaan.
Tak berselang lama, keluar dua orang menggunakan stelan kemeja putih dari dalam rumah. Salah satu dari orang tersebut membacakan selembar kertas. Dengan suara yang tegas beliau membacakan isi dari kertas tersebut.
PROKLAMASI
KAMI BANGSA INDONESIA DENGAN INI MENYATAKAN KEMERDEKAAN INDONESIA. HAL-HAL YANG MENGENAI PEMINDAHAN KEKUASAAN DAN LAIN-LAIN DISELENGGARAKAN DENGAN CARA SAKSAMA DAN DALAM TEMPO YANG SESINGKAT-SINGKATNYA.
DJAKARTA, 17 Agustus 1945
ATAS NAMA BANGSA INDONESIA
SUKARNO-HATTA
Sejak saat itu, Bangsa Indonesia telah menjadi Bangsa yang Merdeka. Betapa bangga aku telah menjadi bagian dari kemerdekaan Tanah Airku. Harapanku semoga Bangsa ini terus bersatu dan damai karena tidak ada yang lebih berharga selain kemerdekaan dari penjajahan. Satu Nusa, Satu Bangsa, Satu bahasa: Indonesia. Kami pulang dengan rasa bangga karena bangsaku sudah merdeka.
Kita harus bersyukur pada Tuhan YME yang telah memberikan semangat kerja sama dan cinta tanah air, dengan cara menghargai jasa para pahlawan! Bagaimana cara kita menghargai jasa para pahlawan? Ayo, kita jalan dan lari untuk mengenang semangat gerilya Jenderal Sudirman!
Ayo Lakukan!
- Kamu akan melakukan jalan dan lari sehat mengelilingi sekolah dengan semangat gerilya Jenderal Sudirman.
- Awali kegiatan dengan doa bersama untuk mengenang perang gerilya Jenderal Sudirman dan supaya kegiatan olahraga pagi ini bermanfaat bagi kesehatan tubuh.
- Perhatikan posisi tubuh saat jalan dan lari!
Sprint 30 meter (Lari Cepat)
1. Pembelajaran teknik dasar start
Start mempunyai 3 jenis, antara lain:
a. Start panjang
- Sikap jongkok rileks.
- Lutut kaki kanan menempel di tanah.
- Kaki kiri berada di depan dengan posisi jinjit.
- Kedua tangan menempel di atas garis start dengan membentuk huruf “V”.
- Pandangan rileks ke depan dan konsentrasi pada aba-aba berikutnya.
b. Start menengah
- Sikap jongkok rileks.
- Lutut kaki kanan menempel di tanah.
- Kaki kiri berada di samping lutut kaki kanan dengan jarak kurang lebih satu kepal.
- Kedua tangan menempel di atas garis start dengan membentuk huruf “V”.
- Pandangan rileks ke depan dan konsentrasi pada aba-aba berikutnya.
c. Start pendek
- Sikap jongkok rileks.
- Lutut kaki kanan menempel di tanah.
- Kaki kiri berada di samping lutut kaki kanan dengan jarak kurang lebih satu kepal.
- Kedua tangan menempel di atas garis start dengan membentuk huruf “V”.
2. Pembelajaran start jongkok dengan aba-aba start.
Dalam melakukan start jongkok, ada tiga tahapan yang sesuai dengan aba-aba.
a. Aba-aba “Bersedia”
Apabila mendengar aba-aba “bersedia”, sikap badan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
- seorang pelari melakukan start jongkok dengan memilih salah satu jenis start yang sudah dipelajari di atas, yang dirasa cocok dan sesuai dengan yang mereka rasakan.
b. Aba-aba “siap”
Apabila ada aba-aba “siap” maka sikap badan pelari yang dilakukan adalah sebagai berikut:
- Lutut yang menempel di tanah diangkat, pinggul diangkat sedikit lebih tinggi dari bahu dan berat badan dibawa ke muka, jadi garis punggung menurun ke depan.
- Kaki belakang membentuk sudut 120 derajat, sedangkan kaki depan membentuk sudut 90 derajat.
- Lengan tetap lurus/siku jangan bengkok.
- Kepala tetap menunduk, leher rileks, pandangan ke bawah, jaga keseimbangan dan konsentrasi pada aba-aba berikutnya.
c. Aba-aba “Ya”
Apabila mendengar aba-aba “ya” maka sikap badan pelari yang dilakukan adalah sebagai berikut:
- Menolak ke depan dengan kekuatan penuh atau gerakan meluncur.
- Badan tetap condong ke depan disertai dengan gerakan lengan yang diayunkan.
- Dilanjutkan dengan gerakan langkah kaki pendek-pendek, tetapi cepat agar tidak jatuh ke depan.
3. Pembelajaran teknik memasuki garis finish.
Teknik memasuki garis finish ada 3 macam, antara lain:
- Lari terus tanpa perubahan apapun.
- Dada dicondongkan ke depan/membusungkan dada ke depan, tangan kedua-duanya diayunkan ke bawah belakang.
- Dada diputar dengan ayunan tangan ke depan atas sehingga bahu sebelah maju ke depan.